UKHUWAH

RIBAATHUL UKHUWAH DALAM PERJUANGAN DAKWAH

Secara harfiyah ukhuwah memiliki arti persamaan, yang dalam bahasa Indonesia sering diartikan dengan “persaudaraan”. Hal ini karena orang-orang yang bersaudara biasanya memiliki persamaan-persamaan, baik persamaan secara fisik seperti kemiripan wajah karena berasal dari rahim ibu yang sama, atau persamaan sifat.
Dalam konteks keimanan yang sudah dimiliki, orang-orang yang beriman memiliki sifat-sifat yang sama untuk terikat pada nilai-nilai yang datang dari Allah SWT. Karena itu, bila seseorang sudah mengaku beriman tapi tidak ada bukti persaudaraannya, maka kita perlu mempertanyakan apakah ia masih punya iman atau tidak. Hal ini karena antara iman dengan ukhuwah merupakan sesuatu yang tidak bias dipisahkan, Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya mukmin itu bersaudara….” (Q.S. 49/Al-Hujuraat:10).

Ukhuwah merupakan karunia
Ukhuwah Islamiyah merupakan karunia besar yang diberikan Allah SWT kepada kita. Kita merasakan hal ini sebagai karunia karena perpecahan, pertentangan, dan permusuhan bukan hanya tercela, tapi juga bisa mengakibatkan kesengsaraan yang akhirnya kita rasakan sebagai sesuatu tidak menyenangkan. Apalagi bila hal itu terjadi di antara sesama ikhwah yang aktivis dakwah.
Kita tentu merasa tidak senang dan tidak enak bila mendengar ada tokoh dalam suatu organisasi besar saling menghujat di antara sesama kita. Apalagi bila hal itu terjadi dikalangan kita. Oleh karena itu, ukhuwah merupakan karunia Allah SWT yang harus kita pelihara dengan sebaik-baiknya. Allah SWT berfirman, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara.” (Q.S. 3/Ali Imran: 103).
Di samping itu, Allah SWT juga berfirman, “Seandainya engkau belanjakan apa yang ada di bumi semuanya, tidaklah bisa engkau persatukan antara hati mereka, tapi Allahlah yang mempersatukan antara mereka. (Q.S. 8/Al-Anfaal: 63).

Kedudukan ukhuwah dalam Al-Quran dan Hadits
Ketika kita meneliti ayat-ayat Al-Quran dan hadits-hadits yang berbicara tentang ukhuwah Islamiyah, akan kita dapati betapa penting nilai ukhuwah Islamiyah dalam kehidupan perjuangan kita. Paling tidak, ada dua nilai ukhuwah yang harus kita miliki. Pertama, salamatush shadr, yakni bersihnya hati kita terhadap saudara seiman sehingga tidak berburuk sangka, tidak iri hati, tidak mencari aib orang lain, tidak memiliki sikap bermusuhan, dan sebagainya. Dalam satu hadits Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah prasangka, karena prasangka itu ucapan yang paling dusta. Janganlah kalian mencari-cari aib orang lain lain, janganlah saling mendengki, membenci atau memusuhi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (H.R. Muslim).
Kedua, itsar, yakni mengutamakan orang lain. Inilah yang telah ditunjukkan oleh para sahabat dalam menjalin ukhuwah dengan sahabat lainnya. Abu Bakar Ash-Shiddiq mengorbankan banyak hartanya hanya untuk menebus Bilal dari perbudakan. Begitu juga dengan sahabat Sa’ad bin Rabi’ yang siap membagi separuh hartanya untuk diberikan kepada Abdurrahman bin Auf ketika hijrah ke Madinah. Bahkan, ia pun siap menceraikan isterinya agar bisa menikah dengan sahabatnya itu.
Hal ini tercermin dalam firman Allah SWT, “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. 59/Al-Hasyr: 9).

Ukhuwah dan kekuatan
Dr. Abdullah Nashih ‘Ulwan dalam bukunya Al-Ukhuwwah Al-Islamiyah mengemukakan bahwa ukhuwah adalah kekuatan iman dan spiritual yang melahirkan perasaan kasih sayang, mahabbah (kecintaan), kemuliaan, dan saling percaya sesama orang yang terikat dengan aqidah Islam, iman, dan taqwa.
Perasaan persaudaraan ini melahirkan keutamaan dan keikhlasan kasih sayang yang melahirkan sikap positif seperti tolong-menolong, mengutamakan orang lain, kasih sayang, pemaaf, pemurah, setia kawan, dan sikap mulia lainnya.
Manakala ukhuwah Islamiyah bisa diwujudkan, paling tidak, ada 2 kekuatan yang akan dihasilkan. Pertama, kekuatan individu. Maksudnya, kekuatan aqidah dan ketahanan pribadi sehingga seorang yang berukhuwah akan memiliki keistiqomahan dalam mempertahankan nilai-nilai kebenaran.
Hal ini karena dengan ukhuwah, jalinan hubungan antarsesama Muslim akan menjadi kuat. Kekuatan hubungan ini akan membuat antarsatu dengan lainnya bisa memberikan keteladanan yang baik, bahkan tidak sungkan-sungkan untuk saling memberi nasihat dalam kebenaran.
Dalam satu hadits Rasulullah SAW menyatakan bahwa seorang mukmin menjadi cermin bagi mukmin lainnya. Ia akan memberikan keteladan yang baik sehingga membuat orang lain menjadi baik dan merasa terkoreksi dengan kebaikan-kebaikannya itu.
Kedua, kekuatan jama’ah. Maksudnya, dengan ukhuwah yang kokoh, jama’ah kita akan menjadi kuat. Kita memiliki pribahasa yang menyatakan, “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”. Oleh karena itu, ketika Rasulullah SAW ingin membangun kekuatan umat, maka setibanya dalam hijrah ke Madinah yang pertama beliau lakukan adalah al-muakhah, yakni mempersaudarakan antara Muhajirin dengan Anshar.
Manakala dua kekuatan ini kita miliki, maka gerakan dakwah kita akan semakin kuat sehingga cakupan wilayah dakwah yang kita jangkau bisa semakin luas, sedangkan bidang garap dakwah semakin banyak sesuai dengan kesyumuliahan ajaran Islam. Dari sini kita akan sadari bahwa seberat apapun beban serta resiko perjuangan yang hadapi, kita akan mampu menghadapi dan mengatasinya.

Ukhuwah, antara hak dan kewajiban
Ketika kita ingin mewujudkan ukhuwah Islamiyah dalam kehidupan nyata, satu hal yang harus kita sadari bahwa dalam ikatan apapun, baik ikatan yang haq maupun ikatan yang bathil, selalu ada hak dan kewajiban yang harus dipenuhi dan ditunaikan. Demikian pula halnya dengan ukhuwah Islamiyah. Hak dan kewajiban berukhuwah harus kita tunaikan, bukan hanya menuntut hak tapi juga melaksanakan kewajiban; bukan hanya memenuhi kewajiban tapi juga memperoleh hak yang semestinya.
Di antara hak dan kewajiban yang harus kita peroleh dari ukhuwah Islamiyah, dan kita tunaikan, terutama di antara sesama aktivis dakwah antara lain:
1. Keaiban kita ditutup, bukan malah disebarluaskan. Ini berarti menutup aib saudara kita menjadi kewajiban yang mutlak.
2. Memperoleh ampunan atau maaf bila melakukan kesalahan, bukan malah tertutup pintu maaf meskipun sudah meminta maaf. Ini berarti memberi maaf merupakan sesuatu yang sangat utama, meskipun saudara kita belum meminta maaf tapi kita sudah memafkannya.
3. Pemberdayaan potensi yang dimiliki secara baik, bukan malah tidak mendapat kesempatan untuk berkembang dalam memajukan dakwah. Ini berarti setiap kita harus mengenal dengan baik potensi yang dimiliki oleh saudara kita sehingga kita dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.
4. Dapat dipenuhi kebutuhan-kebutuhannya, apalagi saat ia kurang memiliki kemampuan. Ini berarti menolong sesama, apalagi memang orang yang sangat membutuhkan pertolongan menjadi kemestian bagi kita, meskipun ia tidak mengatakan membutuhkan pertolongan, apalagi bila ia sampai mengatakan butuh pertolongan.
5. Dipenuhi janji-janjinya, karenanya kewajiban kita untuk memenuhi janji. Bila kepada orang lain janji begitu kita perhatikan, mengapa kepada saudara kita seperjuangan janji tidak mau kita penuhi?.
6. Diringankan beban-bebannya dalam kehidupan ini. Ini merupakan bukti yang sangat terasa dari ukhuwah bila kita tunaikan, baik beban fisik maupun mental dan pemikiran.
7. Dido’akan kebaikannya, baik saat masih hidup maupun telah meninggal dunia. Karenanya, saling mendo’akan sesama Muslim, apalagi sesama aktivis dakwah, menjadi hal yang harus rutin kita lakukan.
8. Mendapatkan nasihat agar diingatkan dan diarahkan pada kebaikan. Hal ini merupakan kebutuhan setiap orang. Karenanya, jangan malas memberi nasihat, baik diminta maupun tidak.
Dari poin-poin di atas, manakala hak-hak ukhuwah sudah bisa kita penuhi, akan sangat terasa betapa indahnya ukhuwah Islamiyah itu, dan ini akan memperindah jalan perjuangan yang kita tempuh.

Implementasi ukhuwah
Ukhuwah Islamiyah bukanlah kalimat yang hanya manis di lidah atau sekadar menjadi khayalan tanpa bukti. Karena itu, ukhuwah Islamiyah harus diimplementasikan atau dibuktikan dalam kehidupan nyata. Implementasi ukhuwah dapat kita ukur menurut syarat dan adabnya.
Syarat dalam ukhuwah Islamiyah adalah iman atau aqidah. Ini berarti, ada nilai-nilai iman yang harus dibuktikan dalam kehidupan nyata dalam konteks ukhuwah. Dr. Abdul Halim Mahmud dalam buku Fiqh Ukhuwah mengemukakan implementasi ukhuwah menurut syaratnya, antara lain:

1. Ukhuwah harus ditumbuhkan sebagai suatu ikatan tersendiri yang membedakan mereka dari manusia lain dalam berhubungan.
2. Hendaknya seseorang bisa melonggarkan diri atas saudaranya jika ia berhutang atau membutuhkan uang.
3. Seorang Muslim harus menghalangi saudara Muslim yang hendak melakukan kezaliman atau hendak merampas sesuatu yang bukan menjadi haknya, atau hendak menganiaya seseorang, meskipun terhadap non-muslim.
4. Seorang Muslim harus memberikan pertolongan dan bantuan serta segala yang dibutuhkan oleh Muslim lainnya.
5. Kaum Muslimin hendaknya selalu berada di atas petunjuk dan menempuh jalan paling lurus.
6. Manakala berselisih pendapat, kaum Muslimin harus merujuk kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
7. Kaum Muslimin harus saling tolong-menolong dalam kebaikan dan taqwa, yakni segala yang bisa membuat kemaslahatan dan kebaikan umat manusia.
8. Seorang Muslim harus selalu berbaik sangka kepada Muslim lainnya.

Adapun implementasi ukhuwah menurut adab-adabnya merupakan sesuatu yang menyempurnakan amalan sehingga menjadi sebaik-baik amal yang paling diridhai Allah SWT. Meskipun tidak sampai diwajibkan, namun kedudukan yang akan dicapai lebih tinggi lagi di sisi Allah SWT dan saudara-saudaranya, bahkan di kalangan manusia pada umumnya. Hal-hal itu antara lain:
1. Saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran.
2. Memberi perhatian yang besar kepada saudaranya seperti menjenguk yang sakit, menjawab orang yang bersin, mengantar jenazah, dll.
3. Solidaritas kepada sesama Muslim hingga dapat menunjukkan kasih sayang yang besar sehingga bisa menjadi seperti satu tubuh yang saling menguatkan dan menyempurnakan.
4. Mengutamakan orang lain meskipun sebenarnya kita membutuhkan atau memerlukannya.
Dari uraian di atas, dapat kita ambil sebuah pelajaran bahwa ukhuwah Islamiyah yang kita bangun dan harus terus diperkokoh adalah untuk tiga kepentingan. Pertama, ukhuwah untuk amar ma’ruf, yakni memerintahkan manusia untuk memiliki sikap dan keyakinan yang benar serta melaksanakan nilai-nilai kebenaran.
Kebaikan dan kebenaran disebut ma’ruf karena secara harfiyah ma’ruf artinya sesuatu yang sudah dikenal. Setiap orang sebenarnya sudah mengenal kebenaran, tapi orang yang mengenal kebenaran belum tentu melaksanakan kebenaran itu, makanya harus diperintah.

Kedua, ukhuwah untuk nahi munkar, yakni mencegah manusia dari melakukan dosa dan kemaksiatan. Dosa dan segala bentuk kemaksiatan disebut dengan munkar, yakni sesuatu yang diingkari atau dibenci oleh manusia, tapi hawa nafsu membuat manusia melakukannya. Makanya ia harus dicegah.

Ketiga, ukhuwah untuk ta’awun, yakni tolong-menolong dalam kebaikan dan taqwa, bukan tolong menolong dalam dosa dan permusuhan. Dalam konteks perjuangan dakwah, yang menjadi tanggung jawab kita bersama, ukhuwah di antara sesama kita menjadi sesuatu yang sangat penting. Ketika ukhuwah mantap, perjalanan dakwah bisa berjalan dengan baik. Namun, bila ukhuwah tidak berwujud sebagaimana mestinya, dakwah berhadapan dengan begitu banyak persoalan yang membuatnya semakin jauh dari target yang ingin dicapai.
1 Response

Posting Komentar